Senin, 17 Mei 2010

KEMANA HARUS MENGADU?

Rasa haru muncul ketika menyaksikan beberapa berita tentang para siswa yang tidak lulus dalam ujian SMU. Rasa sedih yang amat dalam tertanam dalam hati yang ujung-ujungnya menyebabkan kepahitan dalam hidup mereka.
Dramatis memang akan tetapi bagi mereka yang tidak siap, tentu saja kegagalan itu bisa menjadi beban.
Lantas mengapa Tuhan tega memberikan kegagalan pada kita? Mengapa mesti banyak dari kita yang harus kena PHK, padahal pekerjaan itu menjadi tulang punggung kehidupan istri dan anak-anak kita?
Seorang teman bercerita tentang sulitnya mencari pekerjaan lain yang sesuai dengan keinginannya. Pekerjaannya sekarang membutuhkan tenaga ekstra namun gaji yang didapatkan tidak sepadan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kalaupun cukup, semua serba pas-pasan. Hal itu jugalah yang membuatnya harus menunda untuk melangkah ke kursi pelaminan. Bagaimana bisa menghidupi istri & anak lha wong buat sendiri saja pas-pasan…
Semakin dewasa, kita semakin dituntut untuk mandiri, lantas kemana kita harus mengadu? Apakah kita harus mengadu kepada orang tua kita? Bukankah itu akan menjadi beban juga buat mereka?

Matius 11:28 “Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”

Tak lain dan tak bukan, Tuhanlah tempat kita mesti mengadu. Ingatlah bahwa Tuhan kita kaya dan besar. Semua kegagalan, semua kesulitan yang kita alami semua ternyata adalah proses dan latihan dari Tuhan.

Matius 11:29 “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lembah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.”

Perkara hidup bukan perkara mudah. Bagaimana kita harus berinteraksi dengan orang lain, bekerja keras mencari nafkah, membanting tulang untuk survive, bahkan tidak goyah sedikitpun terhadap godaan duniawi yang iblis tawarkan. Semua perlu latihan. Terbukti seseorang yang terlalu dimanja waktu kecil oleh ortunya, akan kaget ketika beranjak dewasa. Dia terbiasa bergantung dengan orang lain dan ketika dia jauh dari rumah dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Ibarat roda, tatkala kita diproses Tuhan, kita mengalami masa-masa berada dibawah dan ada masa pula kita diatas. Ketika kita bisa melewati itu semua, kita bisa merasakan betapa besar dan nikmatnya kasih Tuhan. Kita menjadi orang yang tangguh dalam segala hal.

JURU SELAMATKU

Selasa, 04 Mei 2010

YESUS KEKUATAN

S A B A R


Seorang teman bercerita tentang sebuah kesaksian seseorang yang dia dapatkan melalui e-mail. Suatu ketika ada seorang ayah yang sedang mencuci mobil bersama seorang anaknya yang masih kecil. Tiba-tiba telepon rumahnya berbunyi dan dia segera mencuci tangan lalu masuk ke dalam rumah untuk mengangkat telepon. Melihat ayahnya sibuk berbicara melalui telepon, sang anak ingin sekali membantu ayahnya untuk melanjutkan mencuci mobil. Diambillah sikat dan dengan banyak sabun sang anak tersebut mulai menggosok mobil. Dengan sesekali menyeka keringat, dia menggosok semua bagian mobil tanpa terkecuali. Dia tidak tahu bahwa sikat yang dia gunakan adalah sikat dengan bulu-bulu kasar yang biasa dipakai untuk menggosok ban mobil. Alhasil mobil menjadi baret-baret dan tentu saja permukaan mobil menjadi rusak.
Selesai berbicara melalui telepon sang ayah kembali keluar dan dia sangat kaget ketika melihat mobilnya menjadi rusak. Terlebih lagi itu mobil mahal dan untuk memperbaiki cat mobil tentu akan menelan biaya yang sangat mahal. Sang ayah menjadi emosi dan kemudian menghajar anaknya dengan sebatang ranting pohon. Dia menarik tangan anaknya dan memukuli jari-jari anaknya sampai berdarah. Setelah kejadian itu sang anak sangat takut dengan ayahnya dan sehari-hari dia hanya mau berkumpul dengan pembantunya.
Suatu ketika sang anak demam dan dilarikan ke rumah sakit. Berita yang tak terduga disampaikan dokter bahwa kedua tangan anak itu mengalami pembusukan dan harus segera diamputasi.
Saudara, kira-kira apa yang dirasakan sang ayah setelah kejadian itu? Ya, penyesalan yang sangat luar biasa. Sang ayah tentu sangat menyesal dan kalau saja dia sedikit lebih sabar maka hal saperti itu tidak akan terjadi. Namun apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Penyesalan tidak akan mengembalikan tangan sang anak seperti sedia kala.
Seringkali kita dihadapkan pada situasi yang membuat kita terbawa emosi. Kita lalu menuruti ego kita tanpa mengontrolnya sama sekali. Pada suatu titik kita merasa puas akan tetapi setelah itu sebuah rasa penyesalan yang muncul.
Sesuatu yang paling sulit sebenarnya adalah bagaimana kita bisa menata hati. Menjaga perasaan kita dalam lingkungan apapun dan dalam situasi apapun. Terkadang kita mengalah dan merasa bahwa kita kalah, akan tetapi sebenarnya apabila kita bisa menjaga tiap buah roh, kita bukan hanya menjadi seorang pemenang tapi lebih dari pemenang. Kita boleh kalah dan rendah dihadapan manusia, akan tetapi dihadapan Tuhan kita boleh ditinggikan.
Dalam lingkungan apapun, dalam kehidupan bertetangga, lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, hilangkan setiap rasa iri, dengki. Ingat saudara kesabaran itu pasti akan berbuah manis.
Amsal 14:29-30 Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan. Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.

Senin, 14 Desember 2009

WELCOME BACK

Thanks God for this new spirit, hope in the future this blog will bless many people not only in this country, but in all over the world

Kamis, 21 Mei 2009

MANUSIA DAN UANG

Manusia dan uang adalah dua hal yang berkaitan sangat erat, karena tidak dapat dipungkiri bahwa yang paling dibutuhkan manusia dalam bertahan hidup adalah uang. Dengan uang kita bisa mencukupi segala kebutuhan.
Bahkan tak jarang orang menjadi buta dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Setiap saat, setiap hari orang selalu berlomba-lomba untuk mendapatkan uang. Ada yang harus berangkat kerja di pagi buta, dan ada pula yang bekerja di larut malam untuk mendapat sekedar rupiah. Tidak sedikit yang melakukan tindakan kriminal, atau bahkan sampai menjual harga diri. Mereka melakukan segala cara untuk memenuhi kebutuhan mereka. Apakah itu suatu pertanda bahwa kita telah diperbudak oleh uang?
Memang tidak mudah untuk menjalani hidup. Ya, kita semua harus menjalani hidup untuk menghabiskan sisa usia kita. Kita membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari. Terlebih bagi mereka yang sudah berkeluarga, memiliki anak. Kebutuhan keluarga mau tidak mau harus terpenuhi. Kita tidak selamanya mampu untuk bergantung pada orang lain, karena hidup adalah sebuah komitmen. Berani melangkah berarti berani untuk mandiri dan berpikir lebih. Perasaan khawatir selalu ada dalam pikiran kita. Pertanyaan bagaimana dan apa yang akan terjadi pada kehidupan kita selanjutnya selalu membayangi kita. Akibatnya beban pikiran kita semakin bertambah. Jika hal itu sudah terjadi, akan timbul celah dan iblis akan mudah sekali masuk. Percaya menjadi kunci untuk memecahkan masalah ini. Yang seharusnya kita lakukan adalah percaya bahwa tidak akan pernah ada dead end atau jalan buntu dalam menjalani kehidupan. Percaya bahwa jalan kita selalu terang, bahkan tidak akan ada jalan terjal dan berkelok. Semua hal yang kita butuhkan sudah disediakan dan kita hanya tinggal mencarinya saja. Kita lakukan pekerjaan kita dan Tuhan pun akan melakukan pekerjaaanya. Ingatlah bahwa Tuhan tidak akan melakukan hal yang menjadi tanggung-jawab kita. Segala kekhawatiran, kita buang jauh-jauh. Hari esok adalah milik kita dan ada dalam genggaman kita.
Semua harta, tahta, kekayaan, kekuasaan, tidak akan pernah menggantikan kasih Bapa.

Jumat, 22 Agustus 2008

P E M I L I K H I D U P K U


Renungkan dalam diri kita... "Siapa pemilik hidupku?"